Pengertian
Penalaran Induktif adalah
penalaran yang dapat dilihat dari suatu peristiwa khusus sebagai hasil
pengamatan empirik sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan ataupun
pengetahuan baru yang bersifat umum. Dengan kata lain, kesimpulan tersebut
belum tentu benar dan akan tetapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk
benar (kesimpulan tersebut tidak lebih dari suatu pernyataan). Contoh penalaran
induktif adalah : Kerbau punya mata. Anjing punya mata. Kucing punya mata. Setiap
hewan punya mata.
Penalaran induktif membutuhkan
banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk
itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
Induktif terbagi 3 macam, yaitu:
1. Generalisasi
2. Analogi
3. Kausal
Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan
yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati.
Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan
karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan
lain-lain. Proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum.
Generalisasi
mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan,
generalisasi dibuktikan dengan fakta. Generalisasi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan
umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang
diselidiki.
Macam – macam generalisasi :
a. Generalisasi
sempurna yaitu generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar
penyimpulan penyelidikan. Contoh : sensus penduduk.
b. Generalisasi
tidak sempurna yaitu generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian
fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum
diselidiki. Generalisasi ini dapat menghasilkan kebenaran bila melalui
pengujian yang benar.
Generalisasi
juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu generalisasi dengan
loncatan induktif dan generalisasi tanpa loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994
: 44-45)
1. Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk
menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan
ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh: Rika suka bermain bola basket.
Rino juga suka bermain bola basket. Tino suka bermain sepak bola. Jadi dapat
disimpulkan ke tiga anak tersebut menyukai permainan bola.
2. Generalisasi dengan Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan
induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi
yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang
diajukan.
Contoh : Sisa suka berenang. Deni juga
suka berenang.Reni suka main bola. Teti suka main bulutangkis. Dapat
disimpulkan bahwa anak-anak komplek bahari suka olahraga.
Analogi
Analogi adalah suatu perbandingan
yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya
dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. Dengan
kata lain, penalaran analogi dapat diartikan sebagai proses penyimpulan
berdasarkan fakta atau kesamaan atau proses membandingkan dari dua peristiwa
(hal) yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian ditariklah kesimpulan
dari persamaannya tersebut.
Tujuan dari penalaran secara
analogi yakni :
- Analogi dilakukan untuk
meramalkan kesamaan.
- Analogi dilakukan untuk
menyingkap kekeliruan.
- Analogi dilakukan untuk
menyusun klasifikasi.
Jenis – Jenis Analogi :
a. Analogi
Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi
yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik
kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena
kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk
membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang
terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Klub Persija Jakarta mampu masuk
babak final karena berlatih setiap hari. Maka Klub Persib Bandung akan masuk
babak final jika berlatih setiap hari.
b. Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan
metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih
samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena
ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan
hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif :
Deklaratif untuk penyelenggaraan
negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga
negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar
diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dengan
menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya sampai pada kesimpulan
yang menjadi sebab dari fakta itu, atau dapat juga kita sampai pada akibat dari
fakta itu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal
ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut :
1)
Sebab-akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan
B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan
seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab
kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini,
diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran.
Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu
akibat yang nyata.
Contoh :
Sejumlah pengusaha angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena
pendapatan yang mereka peroleh tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya
pendapatan karena sebagian besar penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan
tarif yang sudah ditetapkan, akibat ketidakmampuan ekonomi. (Sumber : Kompas,
10 Mei 2008).
2)
Akibat-sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada
peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit
merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran
jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupakan simpulan.
Contoh :
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas.
Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia
dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap harinya.
3)
Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran
yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada
suatu akibat yang lain.
Contoh:
- Para atlet memiliki latihan
fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga
dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat.
Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan
musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus
memiliki fisik dan mental yang kuat.
Hipotesis dan Teori
Hipotesis (hypo“di bawah“,
tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima
sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam
meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya
merupakan hipotesis yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan
dengan hipotesis.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998)
membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan
melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus) :
1. Hipotesis
pertama : tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya
investasi publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk
investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi
kepentingan publik, melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari
proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan
investasi publik, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik
tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
2. Hipotesis
kedua : tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan
negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak,
pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya
administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan
pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
3. Hipotesis
ketiga : tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran
pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis
pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik
yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi
mendapat kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka
proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya
pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
4. Hipotesis
keempat : tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi
publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan
adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun
perlu digarisbawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas.
Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah
berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya.
Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya
telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi
persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan
produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
Sumber: